Gunung Dempo & Gunung Marapi: Perjalanan di Bumi Sriwijaya

Terletak di perbatasan antara Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Selatan, Gunung Dempo dapat diakses via Palembang ataupun Bengkulu.

Di kesempatan kali ini kami memilih dari Palembang, baru kemudian menuju Desa Pagar Alam. Kami menyewa mobil untuk berdua, ditambah dengan tas carrier masing-masing, mobil masih menyisakan space yang sangat cukup untuk kami duduk dan istirahat di mobil tanpa perlu desak-desakan. Perjalanan ditempuh sekitar 7 jam, mulai masuk ke daerah Lahat, terlihat banyak rumah panggung di sisi kiri kanan jalan dengan kebun yang luas mengelilingi tiap-tiap rumah. Warga bersantai-santai di pelataran rumahnya, anjing-anjing berkeliaran di jalanan. Asri sekali. Terkesan damai dan tenteram. Diiringi lagu daerah Sumatera dari speaker mobil, serasa pulang ke kampung halaman.

Rumah warga di sepanjang jalan menuju Pagar Alam

Memasuki daerah Pagar Alam, mulai terlihat perkebunan teh bertumpuk-tumpuk. Udara mulai terasa dingin. Pagar Alam adalah desa persis di kaki Gunung Dempo. Kami diturunkan di batas aspal terakhir di perkebunan teh dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sampai di Basecamp Kampung IV (1.410 mdpl).

Sore-sore kami sampai di Basecamp Kampung IV. Sejuknya~

Kami menginap di basecamp dan akan melanjutkan trekking keesokan harinya. Di sini, listrik tersedia setelah maghrib, dengan memakai tenaga diesel.

Merupakan gunung tertiga di Pulau Sumatera setelah Gunung Kerinci dan Gunung Leuser, Gunung Dempo termasuk gunung favorit juga terutama untuk para warga Sumatera Selatan dan Bengkulu. Basecamp Kampung IV yang berada di ketinggian 1.410 mdpl, sehingga di sini dapat melihat city view yang indah terutama waktu sore-sore.

Pemandangan asri nan sejuk di sekitar Basecamp Kampung IV, Gunung Dempo

Waktu berjalan sangat lambat, namun datang juga pagi hari dan diesel pun dimatikan kembali. Perjalanan dilanjutkan lagi dengan medan jalan berbatu dan kerikil sampai dengan di pintu Rimba.

Jalur makadam dari Basecamp Kampung 4 menuju Gunung Dempo

Dari Basecamp ke Titik Awal Pendakian (1.575 mdpl) ditempuh sekitar 20 menit, dengan jalan campuran berbatu dan kerikil. Barulah 30- 1 jam dari Titik Awal Pendakian ini kita akan sampai di Pintu Rimba di ketinggian 1.704 mdpl. Di sini kami rest sebentar baru melanjutkan perjalanan lagi. Untuk perjalanan turun nanti kami disarankan untuk sudah melewati Pintu Rimba sebelum maghrib karena ada resiko tersasar dan sudah ada beberapa tim yang dibuat berputar-putar di area sana karena malam hari belum melewati Pintu Rimba.

Karena kami mulai pendakian di pagi hari, sore pun kami sudah sampai di Lembah Dempo dimana kami menginap. Gunung Dempo dan Gunung Marapi terletak berseberangan mirip seperti Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Di antara Gunung Dempo dan Gunung Marapi pun terdapat lembah, seperti Surya Kencananya. Kita akan tiba dulu di Puncak Dempo, Puncak Gunung Dempo mirip dengan Puncak Pangrango yang tertutup. Turun beberapa menit dan baru akan tiba di Lembah Dempo dan kita akan disuguhi Gunung Marapi di depan. Ada beberapa medannya yang juga mirip seperti Gunung Gede, seperti jalur dengan akar-akar pohon yang malang-melintang.

Menguji kesabaran dan kekuatan kaki. Cuma bayangin turunnya gimana ini nanti. Hiks

Dinding Lemari, seperti namanya, memang spot ini seperti dinding. Dinding yang panjang, licin dan curam. Namun kita harus melewatinya. Dengan webbing yang sudah tersedia, kita pun pelan-pelan melangkahkan kaki merayapi dinding berlumut itu sambil menahan napas. Sungguh ngeri-ngeri sedap. Pergerakan tidak bisa lincah karena licin dan ditambah beban di tas carrier yang dibawa. Karena sekali kepleset, pasti kita akan jatuh ke jurang.

Sore hari sampailah kami di Puncak Gunung Dempo, hanya ada kami berdua saat itu. Puncak Dempo tertutup, hanya ada pemandangan puncak Gunung Marapi persis di seberang.

Puncak Gunung Dempo

Dari Puncak Dempo kami jalan turun menuju lembahnya untuk ngecamp dan beristirahat. Di lembah ini kami harus pintar-pintar cari tempat yang lumayan tertutup sehingga terlindung dari angin dan dingin. Ngecamp di lembah ini jadi teringat sama Alun-Alun Surya Kencana, hehe. Sayang sekali lembah Gunung Dempo ini banyak sekali sampah.

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menyeberangi lembah menuju puncak Gunung Marapi. Medan Gunung Marapi mirip dengan Gunung Merapi yang ada di Jawa Tengah, awalnya batu dengan pohon-pohon cantigi dan makin ke atas makin mirip seperti dari Pasar Bubrah ke puncaknya Gunung Merapi. Pasir kerikil dan berbatu namun batunya tidak seringkih yang di Gunung Merapi.

Kurang lebih 1 jam sampailah kami di bibir kawah Gunung Marapi. Terlihat air kawah berwarna hijau telur asin. Menurut informasi warga lokal, warna air kawah di Gunung Marapi ini kadang berubah-ubah, dan warna hijau telur asin ini adalah yang paling sering terlihat.

Puncak Gunung Marapi
Puncak Gunung Marapi

Yang seru juga dari pendakian Gunung Dempo ini adalah sepulang dari Dempo kami kembali ke Kota Palembang untuk eksplor dan kuliner. Capek-capek naik gunung lalu pergi cari makanan enak memang luar biasa rasanya. Menikmati jajanan khas Palembang seperti pempek, kue-kue basah, tekwan, model sambil menikmati Sungai Musi di malam hari adalah keseruan tersendiri untukku. Terima kasih Gunung Dempo dan Sumatera Selatan untuk pengalaman berharganya.

2 responses to “Gunung Dempo & Gunung Marapi: Perjalanan di Bumi Sriwijaya”

Leave a reply to audreytanzil Cancel reply