Gunung Gamalama: Menikmati Pemandangan Halmahera dari Ketinggian

Ternate, kota rempah nan cantik di Timur Indonesia. Baca ceritaku di sini ya tentang pengalamanku eksplor Kota Ternate. Bolak-balik menginjakkan kaki di kota Ternate, untuk pendaki gunung rasanya belum afdol kalau belum pernah naik ke Gunung Gamalama. Jadi di cuti keempat ini aku bulatkan tekad untuk menginjakkan kaki di atap Ternate ini.

Aku sengaja menyelipkan agenda ke Gunung Gamalama di antara cuti roaster. Untuk mendaki Gunung Gamalama sebenarnya tergolong singkat, paling cepat bisa ditempuh dengan waktu 2 hari 1 malam. Pendakian kali ini aku bersama kawan-kawan dari Mangrove Outdoor (@mangrove_outdoor) yang kebetulan juga ada rencana naik ke Gunung Gamalama.

Dari pusat Kota Ternate kami diantar ke Basecamp Gunung Gamalama di Desa Moya, salah satu jalur pendakian Gunung Gamalama. Berada di punggungan sebelah Desa Moya, terdapat salah satu jalur pendakian lain, yaitu Jalur Marikurubu. Ciri khas jalanan kota Ternate adalah elevasinya yang curam, sehingga sepanjang jalan dari pusat kota ke Basecamp Moya, mobil kami meraung-raung mendaki dengan sepenuh tenaga. Melihat medan di Ternate yang seperti itu, sebelum banyak penduduk di Ternate dan menjadi kota seperti sekarang, vegetasi Gunung Gamalama mungkin sampai ke bibir pantai ya? Wah kebayang dulu kalau mendaki Gunung Gamalama mungkin benar-benar dari 0 mdpl 😅😵 Setelah registrasi di buku tamu dan membayar Rp 50.000 untuk satu rombongan, kami melanjutkan perjalanan.

Kak Ugie dan Pos registrasi Gunung Gamalama di Desa Moya

Untuk pendakian via Desa Moya, kami diturunkan di jalur aspal putus. Dari sana kami mulai trekking melewati perkebunan warga hingga sampai di Taman Love. Sebelum Taman Love, ada satu pos dimana kita bisa duduk istirahat. Dari Titik Drop ke pos tersebut sangat licin karena banyak motor warga dan pemilik kebun yang melintas sehingga jalur menjadi seperti jalur selokan. Perkebunan pala di sepanjang jalur membuat jalur terasa sejuk dan rimbun. Pala, Primadona Rempah Halmahera Utara banyak ditemukan di Gunung Gamalama, bahkan banyak yang sudah matang dan jatuh dengan sendirinya ke jalur. Wah, tidak heran ya Pulau Ternate-Tidore serta pulau-pulau lain di Maluku ini disebut Spice Islands!

Titik Drop Gunung Gamalama. Let’s go!

Dari bawah aku udah bertanya-tanya seperti apa ya Taman Love ini, sespesial itu kah sampai warga Ternate rela jalan kaki menanjak 1,5 jam bahkan tidak sedikit juga pasangan yang pacaran di sana. Kurang lebih 1,5 jam tibalah kami di Taman Love. Berada di ketinggian sekitar 700an mdpl, ternyata Taman Love adalah satu area terbuka yang sudah ditata seperti taman di objek wisata hits zaman now lainnya dan bisa terlihat pemandangan ke arah selatan yaitu kota Ternate dan pulau-pulau sekitar di belakangnya seperti Pulau Maitara, Pulau Tidore dan Pulau Mare. Pulau Halmahera pun nampak sebagian. Such an amazing view!

Taman Love, salah satu tempat hits di Ternate
Burung-burung endemik di Gunung Gamalama

Sekitar jam 4 kami melanjutkan perjalanan, mengejar supaya tidak terlalu malam sampai di Pos 3 untuk buka tenda. Kami isi ulang botol di Pos 1 karena ada mata air, yang diberi nama Mata Air Belanda. Sumber air hanya ada di Pos 1 dan Pos 4 (Mata Air Abdas).

Karena kami menanjak di hari Kamis, saat itu di perjalanan hanya ada kami dan 1 orang lagi yang menyusul rombongannya yang sudah berangkat sehari sebelumnya. Perjalanan kami termasuk santai, menerobos sepinya hutan Gunung Gamalama. 3 setengah jam perjalanan kami dari Taman Love dan akhirnya sampailah di Pos 3. Di Pos 3 inilah Jalur Moya dan Jalur Marikurubu bertemu. Di tengah dinginnya malam, kami mulai menyiapkan camp untuk menginap malam itu. Hanya ada rombongan kami dan 1 rombongan lagi yang berkemah. Pos 3 cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda namun semakin ke atas, medannya semakin miring.

Esoknya, subuh-subuh kami mulai berangkat untuk summit-attack. Melewati Pos 4, jalurnya seperti menerabas ladang, dengan kanan kirinya tanaman-tanaman tinggi yang bentuknya mirip pohon tebu. Sampai akhirnya kami tiba di Pintu Suba. Di sinilah puncak Gunung Gamalama baru terlihat. Bak menyibak rimbunnya hutan, puncak Gamalama muncul dari balik dedaunan, terlihat sangar di kejauhan. Sebelum melanjutkan perjalanan, salah satu dari kami melantunkan adzan, sebagai permohonan izin untuk memasuki area Puncak Gunung Gamalama.

Doc: google.com
Nearing the top of Gamalama (Wolfgang Piecha, October 2006)

Adzan selesai dikumandangkan, kami melanjutkan perjalanan menuju kawah Gunung Gamalama. Dari sini medan terus menurun, dan di beberapa tempat kami menggunakan webbing untuk menuruni jalur yang licin dan curam. Vegetasi di area sini sangat lembab, tipikal area lembahan. Sebelum jalur kembali menanjak, ada satu area terbuka yang sepertinya sering dipakai pendaki lain untuk mendirikan tenda. Namun untung kami tidak berkemah di sini karena sekitarnya yang sangat terbuka dan tidak ada sumber air.

Setelah itu kami mulai menanjak dengan kondisi jalur berbatu-batu sampai akhirnya tiba di kawah di bawah Puncak Gunung Gamalama. Kami tidak lanjut naik lagi ke Puncak karena kondisi Gunung Gamalama yang masih aktif. Di sini pemandangannya pun sudah indaaah sekali, dengan pemandangan Pulau Hiri di arah Utara, Teluk Jailolo di arah Timur Laut, Pulau Halmahera menghampar dari arah Timur Laut sampai Tenggara dengan jajaran pegunungannya yang hijau asri. Pemandangan di arah Selatan lebih indah lagi, kalau di Taman Love hanya terlihat beberapa pulau saja, namun dari sini terlihat lebih banyak pulau berbaris seperti Pulau Maitara, Pulau Tidore, Pulau Mare, Pulau Moti, Pulau Makian. Sungguh luar biasa.

Kapan lagi ngopi dengan background Puncak Gunung Gamalama

Ini pengalaman keduaku naik gunung berapi di Maluku. Pengalaman pertamaku bisa kalian baca di sini ya..

Meskipun kami tidak dapat pemandangan saat sunrise, tapi untungnya kami masih dapat golden hour. Hangatnya sinar matahari ditambah pemandangan yang luar biasa indah dan anggota tim yang lucu-lucu ini benar-benar melengkapi perjalananku kali ini. Thanks, Mangrove Outdoor team! Hihihihi..

Mandatory spot untuk foto kalau ke Gamalama. Hehe. Cuacanya bagus banget!
Baru sadar, outfitnya serba biru

Secantik itulah Gunung Gamalama ini. Mungkin kalau ada kesempatan, aku gaakan bosan untuk naik lagi, tetapi mungkin bisa coba jalur lain.

Thanks, team! See you on the next trip!

Total ada 7 gunung berapi di Maluku Utara. Dengan selesainya trip Gunung Gamalama, masih ada 5 gunung berapi lagi yang belum kudaki yaitu Gunung Kie Matubu, Gunung Tabaru, Gunung Kie Besi, Buku Sibela dan Gunung Gamkonora. Wah masih banyak yaaa.. Semoga ada kesempatan untuk daki semuanya.

Kalian ada yang pernah ke Gunung Gamalama juga kah atau berencana untuk pergi? Boleh dong share di kolom komentar. Thanks for reading ya…

One response to “Gunung Gamalama: Menikmati Pemandangan Halmahera dari Ketinggian”

Leave a comment