Menjelang bulan Ramadhan, rasanya waktu berjalan sangat lambat. Itu yang gue rasa, gue yang ga puasa aja rasanya gitu. Tapi apakah puasa menurunkan produktifitas? Menurut teman-teman gue yang puasa, itu relatif. Tergantung dari individu yang menjalankannya. Tapi ya jangan sampai mengesampingkan ibadah juga ya.
Blogpost ini pertanyaan sekaligus jawaban. Naik gunung pas lagi puasa? Bisa banget!
There is a will, there is a way~

Yang penting seru-seruannya aja, karena bukanlah puncak yang menjadi target, tapi kembali ke rumah dengan selamat.
Persis 2 tahun yang lalu, bulan puasa 2016, gue dan teman-teman SWANARAPALA / SWR berangkat ke Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat. Waktu itu ada gue, Bena, Ivo, Sesil, Busiri, Bima. Dari kami berenam, ada Bena dan Busiri yang puasa. Kami milih Gunung Guntur karena akses yang dekat dari Jakarta dan dapat rekomendasi transportasi murah dari senior yang baru dari sana.

Tranportasi kali ini agak sedikit unik, yaitu truk sayur. Dari basecamp SWR, kami naik grab ke Pasar Tangerang baru dilanjut numpang truk sayur yang baru ngedrop sayur dan akan balik lagi ke Garut. Truknya tanpa atap, begitu masuk tol anginnya bukan main kuencengnya! Jadi siapin jaket ya sebelum masuk truk. Naik truk ini bisa dijadiin alternatif kalau mau naik gunung di daerah Garut, karena jauh lebih murah (Tangerang- Garut 25rb) dan jauh lebih cepat karena langsung turun di gapura sebelum basecamp Guntur.
Naik gunung saat bulan puasa, apa aja sih yang perlu disiapkan? Ini beberapa hal dari manajemen pendakian yang gue dan teman-teman waktu itu alami dan gue coba rangkum. Kalau mau tambahin, silahkan yaa. Here they are:
- Persiapkan Fisik
Naik gunung selalu menjadi aktifitas yang cukup berat jadi perlu stamina yang tinggi dan terjaga. Apalagi di bulan puasa, jadi dianjurkan naik gunung di pertengahan bulan puasa, agar tubuh sudah beradaptasi dengan ritme puasa selama beberapa hari sebelumnya. Latihan fisik sebelum berangkat sangat penting agar tubuh terbiasa terlatih. Alasan berikutnya kami pilih Gunung Guntur saat itu, karena tersedianya sumber air sampai di Pos Tiga jadi gaperlu bawa air banyak dari basecamp dan kami hanya sampai Puncak Bayangan. Yang penting seru-seruan aja.
2. Peralatan dan Perlengkapan Pendakian
Karena beranggotakan enam orang, jadilah kami bawa 2 tenda yang masing-masing kapasitas 3-4 orang. Tenda dibawa Ivo dan Busiri (dia kekeuh tetep fulltank padahal puasa). Gue, Bena, Sesil dan Bima bawa perlengkapan biasa. Gue dan Bena bawa jirigen, tapi…..kosong. Bukan gimana-gimana, tapi untuk diisi pas ntar di Pos 3 kesanaan dikit, ada sungai. Pertimbangan bawa jirigen karena kapasitas yang lebih besar, ga gampang bocor dan lebih ramah lingkungan dibanding botol-botol plastik. Peralatan lainnya tetap sama, sesuai dengan durasi pendakian dan jenis gunungnya.

3. Menu Makan Sehat dan Bergizi
Ivo, gue dan Bena termasuk orang yang ‘berpikir lebih’ tentang makanan. Gapapa lebih berat dikit, asal ada sayur dan buah. Soal masak? Serahin ke Ivo! Hahaha. Asli dia paling cocok dijadiin tim dapur umum. Gue dan Bena yang siapin dan beresin bahan makanan, Ivo bagian yang masak, hehe. Pendakian kali ini selain bawa semangka, kurma, ada sayur-mayur juga dan daging. Lumayan deh. Prinsipnya: jangan sampe makan ga enak kalau naik gunung, dan itu pun berlaku saat puasa. Ahiw 🙂 Disarankan juga menu makan benar-benar dibuat detail dan memenuhi kebutuhan energi, protein dan vitamin untuk seluruh anggota tim. Selain makanan, multivitamin juga perlu dibawa agar tubuh tetap fit dan stamina terjaga.


4. Atur Ritme Perjalanan
Karena sambil puasa, ritme perjalanan kami buat sesantai dan sefleksibel mungkin. Kebetulan waktu itu Gunung Guntur lagi sepi-sepinya, warung-warung di jalur pendakian gaada yang buka sama sekali. Ga ketemu pendaki lain, kecuali setelah buka tenda di Pos Tiga, itupun mereka nyampenya malem.
So, we stopped whenever we want, chillin’ and Guntur was like our private mountain 🙂


Kami nginap semalam di Pos Tiga Gunung Guntur, besok paginya baru bawa perlengkapan seperlunya ke puncak. Hanya sampai Puncak Bayangan karena kabut yang mulai tebal, jadi kami sepakat untuk turun kembali ke Pos Tiga.
Selepas siang kami turun dan sampai di gapura lagi pas sebelum buka puasa. Hanya beda beberapa menit, dan buka puasa kali ini disponsori oleh Es Buah nan segar. Sadap! Bena dan Busiri pun sukses menjalankan pendakian 2 hari 2 malam sambil puasa. Bravo guys!
Itu beberapa hal yang kami alami saat pendakian ke Gunung Guntur di bulan puasa 2016 lalu, semoga bisa jadi referensi untuk teman-teman yang ingin naik gunung sembari menjalankan ibadah puasa, masih ada seminggu sebelum Lebaran, sih.. tapi tetap sadar kapasitas diri masing-masing, ga perlu memaksakan diri karena gunung ga kemana 😉 Setelah lebaran juga masih bisa, yang penting pendakiannya aman, nyaman dan berkesan 🙂
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan!


