Esensi, bukan eksistensi. Itulah makna travelling. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari perjalanan itu sendiri. Jadi, gak perlu jauh-jauh travellingnya, yang deket juga banyak kok yang bisa dieksplor dan interaksi sama orang-orang yang nanti ditemuin. Nah, kali ini gue bakal kenalan lebih dekat dengan Kota Purwakarta yang eksotis itu 🙂
Sudah lama gue pengen banget ke kota ini. Tapi kok ya belum ada kesempatannya. Tiap ada yang ngajak, pas gue gabisa atau lagi gaada uang. Hmm, kesempatan itu kan diciptakan bukan ditunggu. Bukankah kalau memang kita udah niat akan sesuatu, maka akan berusaha untuk mewujudkannya? Dan, lahirlah kesempatan itu. Sang pelopor, Ayu Nurdiyah (Ka Ayu) ngegaet 3 cewek lainnya: ka Maya Fitriyani, kak Nia. Mereka bertiga adalah anggota Komunitas Jalan Pendaki. Sedang ada seorang cewe lagi yaitu ka Mega, sodara sepupunya ka Ayu. Trip kali ini cewek semua. Mantep deh ramenya! Dan karena diadainnya mendadak, jadi tau lah ya kenapa judul post ini Trip Tahu Bulat. Hehehe.
Purwakarta sama Purwokerto itu sama ga sih?
Apa Purwokerto itu versi bahasa Jawanya Purwakarta?
Mereka punya nama yang mirip, tapi jarak satu sama lainnya jauhhh. Sama kaya aku dan kamu yang kata orang kalau mirip itu jodoh, tapi pada kenyataannya kita…ah sudahlah.

Bekasi ke arah timur sedikit, kita udah bisa sampai di Purwakarta.
Kereta ekonomi Walahar Express dan Jatiluhur melayani rute Jakarta- Purwakarta dan sebaliknya beberapa kali sehari, yang jamnya disesuaikan sama jadwal para pekerja. Untuk Walahar Express dari Jakarta (Tanjung Priok) ke Purwakarta ada di jam: 09.55, 11.05, 16.15. Dan KA Jatiluhur dengan rute sama melayani di jam: 17.10 sama 19.05. 2 jam 30 menit lah perkiraan durasinya. Nah, kebalikannya dari Purwakarta ke Jakarta ada di jam 05.20, 13.20 sama 14.25.
Jadi, kalau mau jalan-jalan ke Purwakarta, minimal 2 hari semalam. Kalau one day trip paling cuma buat makan Sate Maranggi. Sayang waktunya. Lagi, beli tiketnya sekaligus sama buat baliknya. Biar nanti waktu pulang gausah ngantri lagi 🙂
Kami naik dari Kemayoran, tiket ini tanpa tempat duduk, jadi siapa cepat dia dapat. Karena hari Sabtu, jadi yang ngantri di peron udah banyak banget. Begitu masuk gerbong, kami harus menyusuri sekitar 3 gerbong baru dapet beberapa kursi kosong. Itupun kudu menyeruak lautan manusia dan ngangkat ransel di atas kepala, persis kaya penjual Tahu Sumedang. Belom dinyinyirin sama ibu-ibu karena dinilai kami heboh ngangkat-ngangkat tas. Senyumin ajaaahhh 😉
Menjelang Klari, gerbong sudah mulai lowong. Bisa napas sedikit.
Sesuai jadwal, kereta masuk ke Stasiun Purwakarta dan mulai terlihat tumpukan warna-warni gerbong kereta di sebelah kiri. Cantik. Akhirnya gue bisa menyaksikan sendiri pemandangan ini. Spontanitas gue ambil hp dan minta ka Mega fotoin, posisi udah siap, sesaat sebelum jepret:
“Prittttttttttttttttttttttt!!” begitu pengangnya sampe gue spontan langsung nutup telinga. Petugas stasiun langsung teriak ke kami: “Maaf mbak, gaboleh ngambil foto di area stasiun. Boleh langsung keluar lewat jalan ini!”
Duilah. Pantes peron sepi. Semua calon penumpang ditahan di stasiun dan belum boleh masuk sebelum kereta masuk peron. Rapi, tertata dan bersih. Two thumbs untuk PT KAI di Stasiun Purwakarta ini. Bisa jadi ini tindakan preventif dari kejadian-kejadian ketimpa tumpukan peron yang dulu pernah terjadi di sini. Emang ga kuat sih, secara cuma ditumpuk doang, goyang dikit, ambyar udah. Rapuh pula besi-besinya. Gapapa, gue pun ga ngoyo bisa dapet foto yang instagramable demi keamanan diri sendiri dan orang sekitar.

Panas terik menyambut kami seiring keluar dari stasiun. Hotel udah dibook, tinggal check-in aja. Perjalanan ke Hotel Intan di Jln. Basuki Rahmat lumayan jauh..sekitar 30 menit lah. Iya jauh..karena muterrrr. Purwakarta ini walau kecil kotanya, tapi lalu lintasnya relatif rapi, di beberapa ruas, dibuat jalan searah. Jadi ga terlalu macet. Enak banget keliling kota ini 🙂 Apalagi malem- malem karena banyak hiasan lampion di jalannya. Cantik!
Jatuh cinta sama kota yang satu ini 🙂
Abis leyeh-leyeh sebentar di kamar hotel, langsung cus lah ke Sate Maranggi Haji Yetty yang terkenalnya sampe seantero negeri. Foto-foto artis menghiasi dinding. Ramenya pengunjung puolll. Beruntung masih dapet tempat. Membuat gue bertanya-tanya, ada apa ya yang spesial di sini? Coba kita cek menunya. Harga sate di sini dihitung per tusuk. Setusuknya 5ribu. Pesen 1 tusuk? Ya kaliiii. Yang paling gue suka bumbu satenya. Seger parah! Kecutnya jeruk nipis ditambah manisnya tomat dan pedesnya cabe ketemu sama manisnya daging ayam dikecapin. Mantap pokokna mah.
Selain sate, ada juga soto. Kuahnya yang seger, dimakan ramean lebih mantap lagi. Overall, emang makanan di Sate Maranggi Haji Yetty ini enak. Yang belum pernah, bisa cobain nih ke sini! #bukanendorse
Sate Maranggi Haji Yetty:
Jl. Nasional 4, Cibungur, Bungursari, Kabupaten Purwakarta.
Selain unggul di makanannya, atmosfir yang disajiin di sini juga asik. Ada photobooth ala-ala lawas. Pun juga dapur yang di bagian depan deket parkiran, sehinggga pengunjung bisa ngeliat langsung proses bikin satenya. Aroma dan asap sate yang menyeruak ke seluruh penjuru bikin gue gabisa ga ngeluarin kamera. Jadi kegiatan seru ngeliat prosesnya.
Purwakarta selain terkenal Sate Marangginya, ada lagi yang mungkin kurang diketahui masyarakat Indonesia kalau ternyata Purwakarta itu punya:
Sumber: google.com
Air Mancur Sri Baduga Situ Buleud!
Gue kalau ga ikut trip ini juga mungkin gatau kalau ada tempat wisata ini. Yang lebih kerennya lagi, Air Mancur Sri Baduga ini terbesar se- Asia Tenggara loh!
Obyek wisata yang baru diresmikan Februari 2017 ini terbuka untuk umum setiap pagi dan sore. Yang paling penting, gratisss!! Ga hanya itu, ada juga pertunjukan air mancur menari, mirip kaya yang dulu ada di Monas. Tapi ini jauhhh lebih besar. Kami pun sangat bersemangat buat nonton pertunjukan itu malam ini. Tapii ohh tapi, keberuntungan mungkin belum berpihak, kami belum bisa nonton pertunjukannya. Kenapa?
Karena cuma ada setiap malam Minggu. Sedang sekarang malam Sabtu. Tapi semua ada hikmahnya. Kami pun muterin Taman Situ Buleud ini, jalan berbatu yang mulus, kursi berundak yang bersih, pohon-pohon yang besar dan rindang, semuanya bersinergi menciptakan harmoni!

Di luar Situ Buleud ada spot untuk photobooth dan jadi ajang komunitas buat kumpul bareng. Pas kami kesana, kebetulan ada komunitas pencinta luwak. Langsung deh gue dengan antusias pinjem salah satu luwak buat digendong. Rasanya kaya gendong kucing tapi bulunya jauh lebih tebal dan kasar.

Eh, si luwak kedip!
Dimana banyak orang ngumpul, pasti ada yang jualan makanan. Gaheran di sekitar Taman Situ Bukeud banyak penjaja kuliner khas Purwakarta. Sate Maranggi yang bertebaran di sana sini, camilan dan aneka es. Tapi ada satu jajanan yang menarik hati. Es Kuwut namanya. Bukan asli Purwakarta sebenarnya, tapi Bali. Bapak penjualnya (yang gue lupa namanya siapa) memang asli Bali dan hijrah ke Purwakarta, jadi beliau mau memperkenalkan kuliner ini di Purwakarta. Perpaduan kelapa muda, jeruk nipis, serutan blewah dan selasih bikin ngantuk jadi ilang. Kecut-kecut manis karena ada kuah gula juga. Harganya juga ga mahal, cuma 10ribu per mangkuk. Dinikmatin ramean sama temen makin asik!

Sumber: google.com
Citytour malem-malem di Purwakarta itu romantis loh! Gimana engga? Lalu lintas yang ga crowded, becak banyak lalu-lalang, lighting dari lampion-lampion yang digantung di gapura dan kanan-kiri jalan.

Beautiful, isn’t it?
Ga cuma keindahan kotanya yang terkenal, wisata alamnya Purwakarta pun ga kalah apik. Waduk Jatiluhur jadi pilihan kami pagi ini. Dulu pertama ke sini pas umur 3 tahun. Feeling nostalgic 🙂 Gaada transportasi dengan trayek ke Waduk Jatiluhur, jadi ya paling carter angkot atau sewa mobil. Naik turun bukit, di belokan terakhir, muncul malu-malu waduknya. Hari Sabtu pagi, masih sepi-sepinya, cuma beberapa orang dari FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia) yang lagi latihan kayaking. Pantulan sinar matahari di permukaan air, menunjukkan beningnya air waduk. Jejeran pegunungan yang ngelilingin Purwakarta ngebuat suasana asri pagi itu.
Tujuan kami pagi ini adalah hunting foto di Jatiluhur Hotel & Resort. Untuk masuk area ini setiap orang dikenakan tarif 10ribu. Ada banyak spot foto yang bagus, yang pertama di balkon yang langsung menghadap Waduk Jatiluhur. This is my morning view, what is yours? 😉
Persis di sebelah Conference Hallnya Jatiluhur Resort & Hotel, ada spot yang ga kalah ciamik. Ditambah hari masih pagi, puas-puas lah kami bolak- balik naik turun tangga untuk retake foto. Hehehe..

Have a wonderful morning! 🙂
Berhubung hari masih pagi sementara kereta pulang ke Jakarta jam 14.30, rasanya sayang kalau ga eksplor Kota Purwakarta lagi. Cusss kita kulineran lagi.
Kemarin udah nyobain Es Kuwut yang asem manis, sekarang kita nyobain Es Ciming. Kuliner yang satu ini gabeda jauh sebenernya seperti es doger, tapi ini disajiin di mangkuk kecil. Bahan utama dawet hijau, cingcau, serutan kelapa, kacang hijau, ditabur es serut dan dihias sirup di atasnya. Sssstt, katanya dawet hijaunya itu bikinan sendiri loh, bukan beli jadi. Kenapa sih namanya ciming? Sodaraan sama cilok, cireng atau cilor kah? Tenottt salah total, warung es ini dinamakan Es Ciming karena yang punya namanya ko Ciming. That’s it! Kalau ke Purwakarta, jangan lupa mampir ke sini ya! Dari yang dulunya cuma jual es, sekarang di warung ini udah ada menu lain, seperti batagor, siomay, dll.
Warung Es Ciming:
Jl. Jenderal Sudirman No.117, Nagri Kaler, Purwakarta (kalau dari Stasiun Purwakarta berada sebelum Pasar Jumat)
Sumber: google.com
Itu dia Purwakarta versiku, kalau kalian gimana? Ada spot yang oke buat dieksplor bareng? Ayo kita atur waktu. Buat yang mau ke Purwakarta, semoga bisa membantu 🙂
Perkenalkan personil Trip Tahu Bulat kali ini (ki-ka): Ka Nia, Audrey, Ka Maya dan ka Ayu
Cheers!
